Tren kawin-cerai yang semakin marak belakangan ini membuat banyak pasangan khawatir. Untuk mengurangi risiko berpisah setelah menikah, perhatikanlah 6 hal berikut ini.
Sebab-sebab perceraian di Indonesia, seperti faktor ekonomi, perselingkuhan, sampai kekerasan dalam rumah tangga merupakan beberapa faktor yang bisa menjadi penyulut kasus perceraian. Tentu Anda yang sedang berencana menikah tak ingin merasakan kasus serupa. Perceraian bisa dicegah, bahkan jauh sebelum pernikahan.
Pernikahan memang membutuhkan banyak kompromi, kedewasaan, serta komitmen penuh. Ketika Anda sudah memutuskan pernikahan, maka Anda sudah setuju akan komitmen seumur hidup dengan pasangan. Siap berkompromi dengan berbagai kekurangannya dan menghadapi berbagai masalah dengan kedewasaan.
Dikutip about, ada beberapa hal yang jika diperhatikan sebelum menikah dapat mengurangi risiko perceraian. Jika hampir semua hal-hal ini bisa dipenuhi, diyakini risiko perceraian akan berkurang. Tetapi bila masih banyak yang belum bisa dipenuhi, tak ada salahnya Anda menunggu demi kebaikan berdua.
Faktor Usia
Usia sangat menentukan kesuksesan pernikahan. About menyarankan Anda berusia paling tidak 25 tahun ketika akan menikah. Sebelum berusia 25 tahun, kemungkinan kemampuan komunikasi dan pengalaman hidup Anda masih sangat berkurang. Dikhawatirkan juga ketika menikah sebelum usia ini penghasilan Anda masih belum cukup dan umumnya menikah karena alasan yang salah. Kematangan intelektual juga dipercaya makin mantap setelah usia 25 tahun. Dengan bekal tersebut diharapkan Anda bisa lebih dewasa dan percaya diri ketika menghadapi pernikahan serta berbagai masalah di dalamnya.
Apabila Anda belum berusia 25 tahun dan berencana untuk menikah, perlu diingat Anda harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap hubungan Anda. Jangan mengeluh di kemudian hari jika kehidupan Anda berubah dan kebebasan serta waktu bersama teman sangat berkurang. Pahami risiko dan konsekuensi yang akan dihadapi setelah menikah. Jangan mengharapkan Anda bisa mendapatkan segala yang diinginkan, pernikahan adalah kompromi, ego pribadi harus sangat dikurangi.
Hubungan Keluarga
Orang tua seringkali menekankan pada bibit bebet bobot. Hal itu memang bukan tanpa alasan, menurut penelitian risiko perceraian meningkat 14% jika menikah dengan pasangan yang memiliki orang tua bercerai. Tentunya sebab perceraian orang tua dan bagaimana orang tua menangani perceraiannya juga berpengaruh.
Pandangan seseorang terhadap pernikahan seringkali dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Tentu tak menutup kemungkinan pasangan yang mempunyai orang tua tidak bercerai menjamin 100% pernikahannya akan langgeng. Hubungan keluarga hanya salah satu faktor yang ikut mempengaruhi, tapi bukan menentukan sepenuhnya.
Saling Membantu
Pria yang terlihat mau membantu pekerjaan rumah tangga dipercaya membawa efek baik bagi pernikahan. Rumah tangga memang menjadi tanggung jawab bersama suami-istri, karena itu kerjasama saling membantu sangatlah penting untuk menjaga iklim yang baik dalam pernikahan. Hal ini juga bisa membantu mengurangi salah satu sumber konflik yang bisa merusak pernikahan.
Kondisi Ekonomi
Hitung perkiraan berapa pengeluaran Anda secukupnya ditambah tabungan untuk masa depan. Perhitungkan apakah pemasukan Anda dan pasangan sudah bisa menutupi hal tersebut. Memang uang bukan satu-satunya sumber kebahagiaan dalam pernikahan, tapi tak bisa dipungkiri banyak pasangan memulai konfliknya karena sebab ini. Data yang dilansir Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung mengatakan sebab perceraian nomor satu di Indonesia pada tahun 2010 adalah karena masalah ekonomi.
Memang tak perlu menunggu sampai kaya raya untuk bisa menikah. Tapi paling tidak kebutuhan dasar dan sedikit tabungan sebaiknya sudah bisa dipenuhi baik oleh suami maupun secara bersama-sama. Bicarakan hal ini secara terbuka dengan pasangan untuk menghindari konflik di kemudian hari. Sepakati rencana keuangan Anda termasuk apakah sang istri juga sangat diharapkan membantu perekonomian keluarga atau tidak. Jangan pernah merasa tabu membahas hal ini. Lebih baik jelas dari awal daripada menimbulkan konflik di kemudian hari.
Perbedaan Keyakinan dan Budaya
Pasangan dengan perbedaan keyakinan atau dengan pernikahan antar bangsa sebaiknya membicarakan banyak hal sebelum menikah. Bagaimana Anda akan menjalani ritual agama, bagaimana dengan agama yang akan dianut anak-anak, anak-anak akan mengikuti kewarganegaraan siapa, dan isu-isu lain seputar perbedaan keyakinan serta budaya yang sangat berpengaruh.
Membicarakan hal ini dari awal bukan berarti nantinya pernikahan Anda bebas konflik. Tapi setidaknya beberapa hal penting sudah disepakati untuk menghindari perselisihan di kemudian hari. Pasangan dengan kondisi seperti ini harus memiliki komitmen yang sangat tinggi, mau berkompromi, dan tidak mudah menyerah pada konflik. Tak ada salahnya meminta pendapat ahli pernikahan atau pemuka agama sebelum menjalani pernikahan.
Pernah Menikah
Secara teori risiko perceraian pada pernikahan kedua memang menurun sebanyak 3%. Tapi tetap saja ada beberapa hal yang bisa jadi potensi konflik dari sejarah pernikahan sebelumnya. Jika pasangan Anda pernah menikah, pastikan Anda sudah sepakat dan membicarakan dengan jelas isu-isu seputar mantan istri, anak dari pernikahan sebelumnya, dan kondisi keuangan setelah menikah.
Perhatikan juga baik-baik sebab perceraian dan kepribadian pasangan. Usahakan untuk mencari informasi tak hanya dari satu sumber dan satu sisi. Yakinkan diri Anda untuk siap menghadapi risiko yang akan ditemui bila membina rumah tangga dengan pasangan yang pernah bercerai. Coba jalani penjajakan lebih lama untuk mengetahui sifatnya lebih dalam. Jangan sampai dibutakan oleh cinta, coba dengar pendapat dari orang-orang terdekat Anda.