Produk perawatan kecantikan yang memberikan hasil instan semakin banyak saja ditawarkan. Namun, tidak semua aman digunakan. Lantas, bagaimana mengenali sekaligus mengaplikasikan produk perawatan kecantikan berefek instan itu secara aman?
Tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi cantik adalah kebutuhan primer para perempuan. Tidak heran jika beragam upaya dilakukan untuk mempercantik penampilan itu.
Namun, demi kepraktisan, banyak perempuan yang kemudian memilih cara instan, baik dari sisi kosmetiknya maupun sistem perawatannya yang hasilnya bisa dilihat dalam waktu singkat. Masalahnya, apakah produk kecantikan itu aman digunakan. Dikatakan dr Sri Hartanti, produk perawatan kecantikan instan memang belum tentu aman bagi kulit.
Sebab, produk perawatan kecantikan itu biasanya mengandung bahan-bahan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
“Bahkan, zat-zat aktif yang digunakan adalah zat-zat berbahaya yang bisa menimbulkan efek negatif, baik bagi kulit maupun bagi organ-organ tubuh yang lain,” tandasnya.
Lantas, apa sebenarnya produk kecantikan instan itu? “Produk perawatan kecantikan instan adalah produk perawatan yang mengandung bahan-bahan dengan konsentrasi tinggi sehingga reaksinya lebih kuat untuk mengelupaskan kulit secara paksa dan bisa memberikan perubahan dalam waktu singkat,” kata dokter konsultan Ristra Jakarta ini.
Secara umum, produk perawatan kecantikan merupakan paduan bahan-bahan tertentu yang digunakan pada bagian luar tubuh yang berfungsi antara lain untuk membersihkan, mengubah penampilan, menjaga yang baik tetap dalam keadaan baik tetapi tidak untuk mengobati.
Namun, seiring perkembangan permintaan konsumen, produk perawatan kecantikan diharapkan tidak hanya mampu mengubah penampilan luar, tapi juga bisa memerbaiki kondisi kulit lebih dalam. Misalnya, dapat mengatasi jerawat, kerutan, noda hitam dengan tetap memperhatikan segi kesehatan. “Dari situlah muncul istilah cosmeceutical, yaitu kosmetik yang sudah ditambahkan bahan-bahan farmakologis aktif, sehingga dapat memperbaiki fisiologis kulit juga,” jelas dokter yang akrab disapa Tanti itu.
Suatu produk perawatan kecantikan bisa dikatakan instan jika bisa mengubah penampakan kulit lebih cepat dari proses regenerasi kulit secara normal.
“Normalnya, kulit akan mengalami regenerasi selama 14 sampai 21 hari. Tapi, jika ada produk yang bisa memberikan perubahan, misalnya dalam tiga atau tujuh hari, tentu produk tersebut bisa dikatakan instan,” papar Tanti.
YANG TERGOLONG INSTAN
Produk perawatan kecantikan yang tergolong instan biasanya ditemui pada produk-produk pemutih, pengelupas kulit serta chemical peeling.
Produk Pemutih
Secara umum, produk pemutih kulit yang ada di pasaran menjanjikan bisa mencerahkan dengan pemakaian hanya dalam waktu singkat. “Padahal, banyak konsumen yang tidak tahu bahwa produk perawatan kecantikan instan ini justru paling banyak ditemui pada produk pemutih,” ujar Tanti.
Untuk mendapatkan kulit putih yang cepat, kulit dikelupas bukan hanya lapisan tanduknya saja tapi lapisan yang dibawahnya juga ikut dilepas.
“Namun cara itu justru bahayakan, karena akan merusak lapisan mantel asam kulit sehingga kulit akan menjadi sensitif dan sangat rentan terhadap paparan sinar matahari yang cenderung tinggi di Indonesia,” tambahnya.
Padahal, sebagai masyarakat yang tinggal di wilayah tropis, justru kita harus bersyukkur dikaruniai warna kulit yang cokelat. Melanin yang memberi warna cokelat membuat kulit kita lebih tahan terhadap paparan sinar matahari yang menyengat. Karena melanin merupakan salah satu pelindung alami yang ada di dalam tubuh untuk melindungi kulit terhadap paparan sinar matahari.
Akan lebih baik jika didukung pemakaian suncare yang sesuai dan tepat. Sayangnya, banyak perempuan Indonesia yang ingin berkulit putih. Sehingga tergoda untuk mengoleskan produk pemutih yang cepat memutihkan kulit.
Produk Pengelupas
Produk untuk mengelupas sel kulit mati sebenarnya bisa membantu regenerasi kulit. Selain itu, penggunaan produk ini juga untuk menghindarkan penumpukan sel kulit mati agar tidak mengganggu pertumbuhan kulit baru.
Tapi produk pengelupas instan justru bisa menimbulkan masalah. “Produk ini berisi bahan yang berdaya kelupas kuat. Sehingga kulit yang dikelupas bukan hanya sel kulit yang telah mati, tapi juga lapisan kulit di bawahnya yang seharusnya belum tumbuh dan belum siap dikelupas,” jelasnya.
Produk pengelupas berdaya kelupas kuat membuat kulit seperti ditarik secara paksa. Ini tentu tidak baik untuk pertumbuhan kulit. Selain itu, kulit jadi tidak telindungi dari paparan sinar UV. Sehingga dikhawatirkan terjadi masalah kulit seperti vlek hitam dan kanker.
Chemical Peeling
Chemical peeling tergolong perawatan kulit innstan, karena bekerja lebih cepat dalam mengelupas sel kulit baru. Jika sel kulit yang diangkat terlalu dalam, ini akan berbahaya.
Tanti menuturkan, dalam tindakan chemical peeling, yang diangkat sebenarnya cukup sampai lapisan tanduk saja. “Sayangnya, seringkali yang diangkat adalah sel kulit lebih dalam lagi. Itu karena menggunakan bahan pengelupas dengan pH yang terlalu rendah sehingga kadar keasamannya tinggi. Kadar pH yang rendah inilah yang memiliki daya kelupas tinggi,” imbuhnya.
Jika chemical peeling dilakukan dengan bahan ber-pH rendah secara terus-menerus, bisa terjadi penipisan kulit. Hal itu ditandai dengan terlihatnya pembuluh darah meski samar-samar.
Dalam keadaan normal, seharusnya pembuluh darah tidak terlihat di permukaan karena terlindung lapisan kulit. Makin tipis lapisan kulit, makin terlihat jelas pembuluh darah di dalamnya.
AKIBAT
Secara kasat mata, sulit menilai apakah suatu produk bersifat instan atau tidak, kecuali bila tertera komposisinya dalam kemasan.
Tapi, produk perawatan instan bisa dilihat dari efek yang ditimbulkan. Sebaiknya waspadai perubahan yang cepat . “Sebab, umumnya produk perawatan instan mengandung zat-zat berbahaya seperti merkuri, asam retinoic acid, dan hydroquinon. Biasanya, zat-zat berbahaya tersebut terdapat dalam produk pemutih,” papar Tanti. Zat-zat berbahaya itu akan menimbulkan efek samping:
Iritasi
Efek samping awal yang terjadi pada kulit misalnya iritasi, timbulnya kemerahan, gatal atau bahkan bengkak pada wajah. Jika iritasi ini tidak segera ditangani, dikhawatirkan akan menjadi iritasi permanen. Jika sudah parah, tentu butuh pengobatan dari perawatan lebih lama.
Hiperpigmentasi Berulang
Zat-zat berbahaya pada produk perawatan instan menyebabkan warna kulit cenderung lebih gelap ketimbang semula. Efek rebound itu terjadi setelah berhenti memakai produk perawatan instan.
”Memang awalnya ketika menggunakan produk tersebut kulit akan putih, tapi setelah dihentikan akan terjadi efek balik justru dengan warna yang lebih hitam dari semula,” kata Tanti mengingatkan. Dengan kondisi ini, dikhawatirkan akan memicu kanker.
Timbunan Logam Berat
Logam berat ini berasal dari merkuri yang banyak terdapat pada produk pemutih. “Penggunaan kosmetik yang mengandung merukuri dalam waktu lama, menyebabkan tejadi timbunan logam di tubuh. Timbunan ini bisa terjadi di otak, susunan saraf pusat, ginjal dan hati. Akibatnya bisa terjadi gangguan fungsi organ-organ tersebut.
Jika kosmetik yang mengandung logam berat digunakan wanita produktif yang berencana punya anak atau digunakan pada saat hamil, bisa menyebabkan cacat pada janin karena zat-zat tersebut bersifat embriotoxic.
CARA MENGENALI
Untuk mengenali apakah produk perawatan kecantikan itu termasuk instan atau bukan, memang bukan perkara gampang. “Sebab, produk yang instan atau bukan tak bisa dibedakan hanya dengan mengamati,” tandasnya.
Namun, Tanti memiliki trik yang bisa digunakan untuk membedakan produk perawatan kecantikan yang instan dan bukan . cara itu antara lain:
Trial and Error
Tindakan trial and error dilakukan dengan cara mencoba terlebih dulu produk tersebut. Namun, tindakan itu cukup berisiko, karena tidak semua orang mau mempertaruhkan wajahnya.
“Selain itu juga dibutuhkan pengetahuan dan kepekaan yang cukup tinggi untuk menghentikan pemakaian jika ada efek negatif, seperti iritasi atau dampak lainnya,” kata Tanti.
Perhatikan Setiap Perubahan
Selalu perhatikan setiap perubahan yang terjadi setelah menggunakan produk perawatan kecantikan. Jika perubahan berlangsung lebih cepat dari 14 hari, atau dalam waktu singkat, berarti produk tersebut termasuk instan.
Cara ini juga bisa digunakan untuk menguji produk pengelupasan kulit dan chemical peeling. “Intinya, regenerasi kulit secara normal bisa jadi patokan,” ujarnya.
YANG LEBIH BERISIKO
Pemakaian produk perawatan kecantikan instantini memang cukup rentan menimbulkan masalah. Namun, ada beberapa orang yang memiliki risiko lebih besar. Mereka adalah:
Perempuan Hamil
Penggunaan produk perawatan kecantikan yang mengandung zat berbahaya bisa berdampak lebih buruk pada perempuan hamil. “Ini disebabkan, zat-zat berbahaya tersebut bisa terserap masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan cacat pada janin,” tegas Tanti.
Kulit Sensitif
Akibat buruk produk perawatan kecantikan instan seperti iritasi akan lebih parah jika terjadi pada kulit sensitif. “Ini disebabkan kulit sensitif lebih peka terhadaap rangsangan,” tutur Tanti.
Bakat Alergi
Tanti memaparkan, orang yang memiliki bakat alergi terhadap kosmetik akan lebih berisiko terkena dampak buruk produk perawatan kulit instan. Bakat alergi ini membuat kulit cepat bereaksi ketika bersentuhan dengan produk itu yang merupakan pemicu munculnya alergi.
YANG PERLU DILAKUKAN
Agar tidak terjebak pada penggunaan produk perawatan yang instan, apalagi di tengah membanjirnya aneka merek dan varian, Tanti menyarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
Kenali Jenis kulit
Kenali jenis kulit sebelum membeli produk perawatan. Untuk kulit berminyak, gunakan produk perawatan untuk kulit berminyak.
Menurut Tanti, meski jenis kulit tiap orang berbeda-beda, namun secara umum jenis kulit orang Asia cenderung berminyak. Ini dipengaruhi iklim tropis yang terjadi di Indonesia.
Daerah tropis iklimnya panas dan lembab, polusi tinggi, intensitas sinar matahari juga tiinggi. Kondisi itu memicu produksi kelenjar minyak.
“Karena itu, bila digeneralisir, orang Asia lebih cocok memakai produk perawatan kecantikan yang tidak terlalu berminyak dan lebih disarankan yang berbahan dasar air,” imbuh Tanti.
Hindari Budaya Ikut-Ikutan
Seringkali orang terdekat dijadikan referensi terpercaya untuk menggunakan suatu produk. Padahal hasil yang baik pada orang lain belum tentu terjadi juga pada diri kita. Karena belum tentu kondisi dan kebutuhan kulitnya sama.
Tanti menyarankan, budaya ikut-ikutan ini sebaiknya tidak dibiasakan. Karena jenis kulit yang berbeda membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Jadi mengenali jenis dan kebutuhan kulit diri sendiri memang cukup penting.
Kenali Produsen atau Merek Dagang
Mengenali produsen dan merek dagang perawatan kulit yang Anda pakai juga perlu dilakukan. Tanti menekankan untuk berhati-hati jika menggunakan produk kosmetik yang produsen dan mereknya tidak jelas. “Karena, dikhawatirkan produk dari produsen atau merek yang tidak jelas umumnya mengandung zat berbahaya,” tegas Tanti.
Pastikan Ada Sertifikasi Produk
Mengecek suatu produk perawatan kulit apakah sudah bersertifikat atau tidak juga penting dilakukan. “Ini bisa dilihat pada kemasan apakah produk tersebut telah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau belum. Jika sudah terdaftar, maka bisa diindikasikan kosmetik tersebut aman digunakan,” ujar Tanti.
Layanan Konsumen
Produk perawatan kecantikan yang baik tentu mencantumkan layanan konsumen pada kemasan. Ini bertujuan untuk menyampaikan keluhan jika terjadi hal-hal yang tidak memuaskan saat penggunaan produk kecantikan terseut.
“Akan lebih baik jika layanan konsumen yang dicantumkan atas nama lembaga. Ini berkaitan dengan tanggung jawab produsen yang bisa dinilai lebih meyakinkan,” kata Tanti.
Waspadai Kosmetik Murah
“Tidak semua kosmetik berharga murah itu berbahaya. Namun perlu diwaspadai penggunaannya,” tukas Tanti. Ini karena produk yang bekerja instan biasanya berharga murah. Karena itu, dalam penggunaan kosmetik, segera hentikan jika ada indikasi tidak wajar seperti terjadi kemerahan pada kulit, rasa terbakar, perih dan mengelupas.
0 komentar:
Posting Komentar